Jumat, 18 Desember 2015

[Book Review] Conversation With Ghosts - Citra Prima




Judul                : Conversation With Ghosts
Penulis             : Citra Prima
Tahun              : 2015
Cetakan           : Pertama
Tebal               : xii + 196 hlm.
Penerbit          : Enter Media
ISBN [13]         : 978-979-780-838-9

*Blurb:

Semua ini bermula saat aku mengalami NDE (Near Death Experience) di usia 9 dan 11 tahun. Sejak saat itu, banyak kejadian yang kualami pada masa anak-anak yang sulit dipercayai oleh banyak orang, terutama orang dewasa. Dulu, aku sering disangka gila karena sering berbicara dan menangis tiba-tiba.

Jauh dari kehidupan normal, aku menemukan kebahagiaan baru saat bertemu ‘mereka’. Mungkin kalian pernah mendengar samar-samar suara cekikikan orang tertawa, suara geraman orang marah, atau mungkin kalian juga pernah melihat bayangan berlari cepat lewat di depan mata, dan melihat benda-benda bergerak dengan sendirinya. Atau jangan-jangan kalian pernah tidak sengaja melihat penampakan ‘mereka’?

Namun, apakah kalian yakin kalau semua peristiwa itu ulah ‘mereka’? Ada baiknya kalian membaca ceritaku ini. Cerita di mana aku bertemu ragam jenis dari ‘mereka’ dan mimpi yang menjadi nyata, serta melakukan penjelajahan tanpa batas ke tempat-tempat baru yang sulit dijangkau.

Sekarang kalian hanya perlu duduk manis, buka lembar demi lembar buku ini. Maka akan aku ceritakan pengalamanku bertemu ‘mereka’ dan pesan yang ingin ‘mereka’ sampaikan kepada kalian.
Stttt…. Aku beritahu, ini bukan cerita fiksi!

***


Well….
Tak harus percaya dengan buku ini,
Anggap saja dongeng pengantar tidur.
Setidaknya sebelum mati aku bisa berbagi.
Hingga kelak diceritakan kembali,
Ke generasi yang tak pernah bertemu
Denganku, ataupun ‘mereka’.

***

            Setelah sebelumnya aku mem-posting review buku horor, kali ini pun tak jauh berbeda. Adalah ‘Conversation With Ghosts’. Sebuah buku horor non-fiksi yang ditulis oleh Citra Prima. Salah seorang parapsikolog yang juga sering terlihat wara-wiri di beberapa acara mistis di televisi. Bagi penggemar acara seperti ini, pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok Citra Prima. Kita lebih sering memanggilnya Nyanyah. Awalnya saat aku mengetahui EnterMedia menerbitkan buku horor, rasanya sangat excited sekali. Terlebih buku nonfiksi. Bukankah ini buku horor pertama di EnterMedia? Benar, tidak? Koreksi ya kalau aku salah. Kalau setahuku sih ya begitu. Aku memang salah satu pembaca yang menyukai genre horor dan juga mengidolakan beberapa penulis cerita horor. Biasanya pun aku juga mengoleksi buku-buku horor dari penulis yang memang menjadi favorit aku. Jadi, bisa dikatakan kalau aku beli buku ini hanya atas dasar penasaran. Ya, penasaran. Penasaran dengan isi ceritanya, dan cara penulisannya. 

            Benar, cara penulisannya. Selama ini kita memang mengenal Citra prima sebagai seorang parapsikolog, paranormal dan sejenisnya. Tapi, apa jadinya jika Citra Prima menulis? Ini lah yang membuatku cukup penasaran. Sebenarnya, cerita nonfiksi tentang hantu seperti ini sudah sering aku jumpai di beberapa buku. Namun, itu tak membuat rasa penasaranku atas buku ini berkurang sedikit pun. Sudah aku bilang, aku suka cerita horor. Jadi, sesering apa pun aku membaca cerita dalam ‘konteks’ yang sama, tetap akan aku lahap. Dalam buku CWG ini, penulis bercerita tentang pengalaman pribadinya yang memiliki kemampuan lebih melihat hantu. Semua itu dimulai ketika dirinya mengalami mati suri pada usia 9 dan 11 tahun.

            Sekilas, aku lihat cover buku ini nampak seperti buku fantasi, hehe. Tapi itu menurutku. Tidak terlalu berpengaruh juga sebenarnya. Buku ini dibuka dengan cerita tentang adanya dimensi lain dari dimensi kehidupan manusia. Dalam bab ini, penulis sedikit memaparkan bahwa terdapat beberapa golongan dalam dimensi ‘mereka’ tersebut. Sama halnya dengan manusia.

“Mereka pun memiliki tingkatan yang berbeda dalam dimensinya. Sama saja seperti manusia. Ada yang berasal dari golongan yang memiliki kemamuan tinggi, seperti menyembuhkan. Ada yang dari golongan nelayan, mereka bekerja kepada kasta yang lebih tinggi. Ada golongan yang justru liar tak mengabdi siapa pun”
(hlm. 2)

Oh iya, berdasarkan apa yang telah ditulis di sini, buku ini merupakan satu dari sekian buku yang tergabung dalam serial ‘Conversation With Ghosts’. Itu artinya, untuk ke depannya akan ada beberapa buku lagi dari seri ini. Semoga saja, ya. Dalam buku CWG ini, cerita dibagi menjadi 12 bab, antara lain Conversation With Ghosts, Nyai Rantam Sari, The Touch Of Midas, Kebo Buntung, Kursi Goyang, Kuntilanak Overdosis, Gadis Kecil dan Kucingnya, Kerajaan Gaib, Yang Terlupa Yang Terjebak, Pocong di Makam Keramat, Obrolan Dengan Makhluk Astral, dan Jurnal Cerita Prima.
 
            Pada setiap bab tersebut, penulis menceritakan tentang berbagai pengalamannya semasa menemui beberapa makhluk dari golongan ‘mereka’. Petualangannya bersama tim syuting di suatu tempat dan menguak beberapa misteri yang terdapat di sana. Belakangan, banyak sekali hal yang bisa aku dapatkan dari buku ini. Penulis seolah membuka ‘jalan’ antara kita (manusia) untuk melihat dunia ‘mereka’. Selain itu, aku juga cukup kagum dengan cara menulis Citra Prima. Bisa dikatakan bahwa cara menulisnya tidak terlalu kaku dan formal. Pernah mendengar juga bahwa memang Citra Prima memiliki kegemaran untuk menulis semenjak masa sekolah. Cukup menjadi alasan yang kuat sebenarnya. Itu bisa kita lihat lewat tulisannya di buku ini. Ada beberapa kalimat yang mendayu-dayu dan menambah kesan unik di buku bergenre horor ini. Cara Citra menggambarkan beberapa situasi tempat di buku ini nampak nyata dan mudah terdefinisikan di otak saat membacanya. Bisa kita lihat pada beberapa kalimat di bawah ini:

            “Sore itu langit masih menyisakan cerahnya, semburat jingga meluas tak bertepi di cakrawala”
(hlm. 7)

            “Keadaan masih ramai, pedagang ikan hilir mudik menjajakan ikan-ikan hasil tangkapan nelayan. Kontras dengan suasana langit yang menurutku jarang kulihat di ibukota.”
            (hlm. 7)

            “Matahari sepertinya lebih cepat berselimutkan awan hingga tampak mendung. Langit memerah menyisakan hamparan awan yang beriringan merayap lambat”
            (hlm. 102)

            Buku ini sebenarnya memiliki kelebihan. Namun entahlah, aku kurang begitu tahu, ini bisa disebut kelebihan, atau bisa juga kekurangan. Bisa disebut kelebihan karena, di setiap pengamatan yang penulis lakukan di berbagai tempat mistis, juga disertai dengan beberapa foto atau gambar yang menunjukkan tentang keberadaan makhluk tak kasat mata. Hal ini cukup mendukung dengan isi cerita yang ditulis pada setiap bab. Bisa disebut kekurangan pula, karena hampir semua foto yang ada di buku ini tidak jelas secara visual. Bahkan aku tak banyak menangkap gambar yang jelas dalam buku ini. Dan, hal ini mungkin juga membuat pembaca agak kecewa, ya. Karena pada dasarnya ekspektasi kita terhadap buku ini seakan tinggi ketika melihat gambar ini. Kita seolah berpikir ‘Wah.. ini keren, bagus’. Tapi, mendadak kecewa juga karena gambar yang kurang jelas. Untuk ke depannya bisa diperbaiki kembali.

            Berbicara mengenai kelemahan dan kelebihan buku, aku tak begitu menangkap kelemahan dalam buku ini. Karena aku sangat enjoy dan menikmati dengan setiap ceritanya. Cerita yang disuguhkan mudah dicerna dan dipahami. Namun ada juga beberapa kata yang menurutku sulit untuk aku pahami. Seperti residu energy, vibrasi partikel, fluktuasi bioelektrik, dan sebagainya. Itu yang membuat aku sedikit terganggu saat membacanya. 

            Beberapa bab dalam buku ini yang menurutku menarik adalah bab ‘Kerajaan Gaib’ dan ‘Obrolan dengan Makhluk Astral’. Di bab ‘Kerajaan Gaib’, aku sangat dibuat merinding ketika penulis menceritakan bahwa dirinya tertipu saat berada di sebuah kolam renang hotel dan hendak menuju kamarnya. Seorang anak kecil yang dikiranya manusia, eh ternyata bukan. Nggak usah aku ceritain gimana seremnya, biar kalian penasaran dan beli sendiri bukunya, hehe. Sempat bayangin juga gimana kalau kejadian seperti itu aku alami, huuu… bikin bergidik pokoknya.

            Dan, yang paling menarik di buku ini adalah pada bab ‘Obrolan dengan makhluk Astral’. Selain layout pada buku ini dibuat berbeda (warna hitam), juga di bab ini menuliskan percakapan ekslusif antara Citra Prima dengan makhluk astral. Cukup panjang, dan tak mungkin jika aku ceritakan. Banyak sekali hal yang bisa aku ketahui dari bab ini. Tentang kehidupan ‘mereka’, kebiasannya yang suka mengganggu manusia, dan banyak lagi yang lainnya. Pokoknya apa yang menjadi rasa penasaranku selama ini tentang ‘mereka’ ada dan terjawab di sini. Dan, mungkin bab ini juga bisa menjadi salah satu daya tarik yang kuat bagi pembaca lain.

            Beberapa lembar terakhir buku ini berisi banyak pengetahuan tentang dunia mistis yang terangkum dalam bab berjudul ‘Jurnal Citra Prima’. Beberapa cerita yang ada di dalamnya antara lain; 7 Tingkatan Energi yang Mendominasi (sinar mata) Makhluk Astral, Karakter Makhluk Astral dari Sinar Matanya, Jenis Kemampuan yang Dimiliki Makhluk Astral, beberapa ciri yang menandakan bahwa di suatu tempat terdapat makhluk astral yang ‘aktif’, faktor/penyebab phobia terhadap makhluk astral, dan ada juga tentang ‘Orbs’.

            Buku ini rekomen untuk kalian terutama penikmat cerita horor. Bacaan yang ringan, dan cocok untuk sekadar mengisi waktu luang. Tidak hanya membuat kalian merasa takut saja, tapi juga tahu tentang dimensi dunia ‘mereka’ yang selalu berdampingan dengan dimensi kita. Banyak hal yang bisa kalian pelajari lewat itu. Sebagai manusia, kita hanya perlu menghargai dan menghormatinya saja. 

            And now, I will rated it 4 of 5 stars! Keep writing Nyanyahh…. ^_^

“Sosok itu berambut keabuan panjang dengan uban yang tampak di helai-helainya. Ia berbaju lusuh kuning keruh yang menjuntai. Pergelangan tangannya tampak kisut seakan tak memiliki daging. Hanya kulit keabuannya yang mengerut membungkus tulangnya”

(hlm. 38)

***
Terima kasih!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar