Kamis, 26 Mei 2016

[Book Review] Ada Apa Dengan Cinta? - Silvarani



Judul : Ada Apa Dengan Cinta?
Penulis : Silvarani
Tahun terbit : 2016
Tebal : 192 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2645 – 0 


Blurb:

Apa lagi yang kurang dalam hidup Cinta? Ia punya keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, banyak pengagum, dan yang paling penting, ia punya sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly, dan Karmen membuat hari-harinya selalu berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta.

Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan Rangga, cowok jutek dan penyendiri yang lebih suka berteman dengan buku daripada manusia. Ternyata mereka sama-sama menyukai puisi, minat yang tak bisa Cinta bagi dengan keempat sahabatnya. Dan perlahan hal itu membawa perubahan pada dirinya, membuat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya, ada apa dengan Cinta?

Ketika Cinta sendiri pun ikut mempertanyakan dirinya dan persahabatannya menjadi taruhan, apa yang sebaiknya ia lakukan?

***


“Masalah salah satu di antara kita, berarti masalah kita semua.”
Hlm. 17

“Bila emosi mengalahkan logika, terbukti banyak ruginya. Benar, kan?”
Hlm. 80

“Kulari ke hutan, kemudian teriakku. Kulari ke panta, kemudian menyanyiku. Sepi… sepi… dan sendiri aku benci.”
Hlm. 128

Siapa yang tak kenal Cinta? Ketua klub mading yang memiliki paras cantik, pintar, dan pandai menulis puisi ini seolah sudah menjadi siswi idola di sekolahnya. Selain karena kepopulerannya tersebut, Cinta juga patut beruntung karena memiliki keempat sahabat yang sangat menyayanginya. Ada Maura si cerewet, Milly yang lemot, Alya si lembah lembut, dan Karmen yang tomboy. Bagaikan satu keluarga yang harmonis, kebersamaan antar mereka sudah terjalin sangat erat. Mulai dari berangkat dan pulang sekolah bareng, main bareng, makan bareng, hingga sama-sama menjadi anggota klub mading di sekolah. Di mata banyak siswa, Cinta bak seorang putri yang layak menerima banyak pujian dari banyak orang.

Namun, reputasinya itu seakan hancur saat seorang siswa yang tak ia kenal berhasil mengalahkannya di lomba menulis puisi tahunan. Siswa beruntung itu bernama Rangga. Berawal dari situlah, Cinta mulai mencari siapa Rangga sebenarnya. Namun, bukannya merasa terancam dengan keberadaan Rangga, Cinta justru mulai menemukan kecocokan antara dirinya dengan Rangga. Keduanya sama-sama memiliki hobi membaca dan menulis puisi. Hingga akhirnya, kesamaan minat itulah yang membawa rasa nyaman di antara mereka. Cinta mulai menikmati kebersamaannya dengan Rangga, begitu pun sebaliknya.

Hingga pada akhirnya, Maura dkk mulai menemukan keanehan dalam diri Cinta. Ketua klub mading itu kini mulai jarang bergabung dengan teman-temannya, sering melupakan janji, dan lebih sering melamun daripada biasanya. Sejatinya, tidak ada satu pun yang tahu mengapa Cinta berubah sedemikian rupa. Bahkan dirinya sendiri.

Tapi, apakah ini ada kaitannya dengan Rangga? Jika iya, apa yang terjadi dengannya?

Dan, sebenarnya… ada apa dengan Cinta, dan…… Rangga?

***

“Memang benar apa kata orang bahwa membangun dan memelihara itu cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Namun hanya dibutuhkan waktu sangat singkat untuk menghancurkan apa yang sejak lama dipelihara.”
Hlm. 147

“Pada akhirnya, manusia harus mengikuti detik demi detik yang bergulir maju.”
HLm. 173

                A A D C.
                *iseng-iseng sebelum review.
                *SUASANA KELAS PAS UJIAN.
                X : Wooii…!!!
                Y : *nengok. Ya?
                X : Nomor 4, 5, 6, 7, jawabannya apa, Bro?
                Y : A A D C (ada apa dengan cinta)
                X : Asem lu!
                Nggak lucu, ya? Haha, oke! *abaikan *efekUAS
                Sekian-

***

Sebelumnya, aku mau ucapin terima kasih banget buat Kak April dan Kak Silvarani yang uda ngasih aku kesempatan untuk bertemu dengan Rangga dan Cinta. Satu minggu penuh melakukan #BacaBarengAADC di twitter benar-benar awesome banget, haha. Partner duetnya kece juga sih, hahaha. Also thanks to Kak Ken. Ditunggu duet-duet maut berikutnya, hehe.

Siapa yang tak mengenal Ada Apa Dengan Cinta atau A A D C ? Yuupp, hampir semuanya pasti tahu kan? AADC adalah sebuah film remaja yang sempat popular di era tahun 2002. Film ini berhasil menarik antusias dan perhatian masyarakat (terutama remaja) pada saat itu, bahkan hingga sekarang ini saat diluncurkannya AADC 2. Dan, tahun ini lebih semarak lagi saat AADC 1 rupanya berhasil dinovelisasikan oleh Kak Silvarani. Hal ini otomatis menambah euphoria masyarakat terhadap AADC semakin meningkat. Berbicara tentang AADC, aku sebenarnya adalah salah satu orang yang masih sangat awam dengan film tersebut. Maklumlah, saat pertama kali AADC diluncurkan, aku masih bocah 4 tahun yang ingusan dan suka ngempeng. Selain itu, aku adalah tipikal orang lebih memilih untuk membaca dulu sebelum menonton. Jadi, saat mengetahui aku terpilih jadi salah satu host untuk #BacaBarengAADC, sebisa mungkin aku menahan keinginan untuk menonton film-nya entah yang season pertama atau pun kedua. Tujuannya sih, agar aku bisa surprise dengan cerita bukunya dan untuk antisipasi kebosanan. Bukankah akan merasa bosan apabila kita sudah mengetahui jalan cerita suatu buku sebelum membacanya langsung?

Mengingat aku belum nonton film-nya sama sekali, jadi aku tidak bisa membandingkan cerita AADC versi tulisan dengan versi visual. Tapi tak apalah, kali ini aku akan membahas AADC 1 hasil novelisasi dari Kak Silvarani ini dari segala sisi. Menurutku, novel yang diadaptasi dari film memiliki beberapa kelebihan. Selain karena ada peluang untuk ikut melejit, juga karena bisa membantu pembaca dalam menciptakan gambaran/ilutrasi saat membacanya. Terutama dalam hal tokoh. Pembaca bisa langsung membayangkan bagaimana wajah, sosok, dan ciri fisik tokoh dengan mudah karena adanya bantuan dari pemain yang ada di film-nya. Sama halnya dengan AADC ini, setelah mengetahui tokoh film-nya siapa saja, aku pun jadi lebih mudah untuk membayangkan seperti apa tokoh yang berperan dalam buku.

Pertama kali membaca buku tulisan Kak Silvarani, tidak menjadi kesulitan yang berarti untukku. Pemilihan diksi, susunan kalimat, dan gaya bahasanya sangat ‘aku’ banget. Nggak bikin kening berkerut pokoknya. Ceritanya ngalir dan istimewanya, membaca buku ini serasa nonton filmnya langsung loh, hehe. Jadi, bisa dibilang buku ini berhasil membangun adegan demi adegannya secara visual dan nyata. Magnet dari novel ini menurutku sudah bisa kita rasakan di awal-awal bab. Yaitu saat penulis mendeksripsikan dan menggambarkan suasana sekolah beserta keceriaan di dalamnya. Cerita yang lagi-lagi ‘aku’ banget, hehe. Di bab awal ini, aku serasa mendapat saluran energy positif yang mampu meningkatkan hormone endorphin-ku (ciieeilaahh bahasanya).

Daya tarik lain di novel ini juga terletak pada unsur persahabatannya yang sangat kental. Hubungan antara Cinta dengan Maura dkk berhasil menjadi pemanis yang benar-benar mempermanis cerita ini. Magnet terbesarnya adalah pemberian karakter pada mereka yang cenderung berbeda dan unik. Sebut saja Milly dan Karmen. Kedua tokoh ini dibangun dengan karakter yang sama-sama kuat. Milly yang lemot tak jarang kerap menimbulkan gelak tawa, dan Karmen si tomboy yang suka main basket. Meski sejatinya mereka memiliki karakter yang sangat bertolakbelakang, namun yang membuat ini menarik adalah chemistry yang terjalin di antara mereka. Menurutku susah sih menyatukan chemistry orang yang beda karakter dengan kita. Tapi menurutku di novel AADC ini semua bisa jalan dengan baik. Jika dibandingkan dengan chemistry antara Rangga dan Cinta, jujur, aku lebih menghendaki yang pertama. Kenapa? Karena Cinta uda pehape-in aku, hwwwooooaaa!!

Ending cerita, aku benar-benar dibuat hanyut (korban banjir kali, ah!). Tapi emang benar sih, efek belum nonton film-nya nih, haha. Tapi sangat surprise sih, aku suka banget. Ditambah lagi Kak Silvarani menyelipkan satu joke di momen yang seharusnya menyedihkan itu, hehe. Rasanya kayak…… ada gurih-gurihnya gitu (apa-apaan ini??!?)

Secara keseluruhan, aku sangat menikmati sekali cerita di AADC 1 versi novel ini. Ceritanya teens banget, ringan, dan bikin mesam-mesem. Lengkap deh! Persahabatan ada, yang manis-manis ada, sedih-sedihan juga ada. Dan yang lebih penting, moral value-nya juga pastinya ada! Klop!

Persembahan terakhir, 4 jempol untuk Mamet yang mau minjemin mobilnya, hahaha…


Terima kasih!

***

“Aku akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan kembali cintanya.”
Hlm 186


3 komentar:

  1. Saya juga penasaran sama novelnya. Saya sudah nonton filmnya, makanya mau tau novelnya berhasil mempresentasikan cerira di filmnya atau justru malah jauh berbeda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm, aku baru aja nonton film-nya. Di novel ini ada beberapa adegan yang dihilangkan sih, tapi ada juga beberapa penambahan. Sama2 seru, kok!

      Hapus
  2. yukk mampir ke website kita, ada banyak informasi tentang Smartphone hehe :)

    DEMAK KENDAL SEMARANG UNGARAN

    BalasHapus