Minggu, 07 Agustus 2016

[Book Review] soulmate.com - Jessica Huwae



Judul : soulmate.com
Penulis : Jessica Huwae
Cetakan : Keempat, November 2006
Tebal : 224 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel Metropop
ISBN : 979-22-2020-8 


Blurb:

Cantik, cerdas, sophisticated, memiliki pekerjaan dan teman-teman yang menyenangkan. Di usianya yang ke-25, Nadya Samuella memiliki banyak hal yang sanggup membuat wanita mana saja iri. Kekurangannya hanya satu: cinta. Dengan embel-embel "plus-plus" yang dimilikinya, ternyata tidak mudah bagi Nadya untuk menemukan pria yang sungguh-sungguh mencintainya. Hidup seakan berkonspirasi mengantarnya pada deretan "pria-pria salah". Pacar yang dulu setia tiba-tiba mengkhianatinya, pacar tukang pukul, sampai deretan panjang kencan-satu-malam yang membuatnya lelah dan bosan. Sampai suatu hari dia bertemu Oka, pria sederhana yang ditemuinya lewat Internet.

Dalam sekejap hidup Nadya kembali sempurna. Namun sayang, Oka ternyata menyimpan rahasia yang bukan hanya mengguncang langit hidup Nadya, tapi juga memutarbalikkan semua keyakinannya akan cinta. Masih percayakah Nadya kalau soulmate itu ada? Atau dia harus mulai melepaskan mimpi-mimpi Cinderella masa remajanya? 

***

“If you can fall in love with someone, it means that you can fall out of love with someone too. Worry not, time heals.”

“Di antara berjuta-juta penduduk metropolitan, kenapa SATU orang saja bisa membuatku merasa begitu kesepian?”
Hlm. 27

“Aku berharap dia bahagia. Kebahagiaan yang ku tak tahu seperti apa bentuknya. Sejak kapan kebahagiaan bisa berdiri di atas kesengsaraan orang lain? Apakah kebahagiaan selalu bersanding lurus dengan kebahagiaan? Apakah satu kebahagiaan berarti satu lelehan air mata di tempat lain?”
Hlm. 40

Memiliki karir yang cemerlang sebagai executive editor rupanya tidak cukup untuk membuat Nadya Samuella (25) merasa puas dan lega untuk menikmati kehidupannya. Padahal, selain menjadi wanita karir yang sangat sukses, Nadya juga memiliki dua sahabat—Cici dan Bowie—yang selalu mewarnai hari-harinya, menjadi tempat curhat di setiap kesibukannya, dan menjadi orang pertama yang ia datangi saat butuh hiburan.  Juga Gusye, pria kemayu itu cukup membuat hari-hari Nadya terasa fun dengan segala kerempongan dan kecerewatan yang ia miliki.

Tapi, ada satu yang kurang dari kehidupan Nadya. Apakah itu? Yup, Nadya memiliki sedikit problem dengan kehidupan asmaranya. Setelah diputuskan secara sepihak oleh Dany—pacar Nadya yang terpaksa harus meninggalkannya karena sudah menghamili wanita lain—kini berbagai cowok dari segala jenis kalangan datang ke kehidupan editor muda itu. Mulai dari berondong muda bernama Jo yang rupanya suka memukul, Indra si anak mama, Sony yang membosankan dan matre, Yudi si produser TV yang hawa nafsunya tinggi, bahkan sampai seorang mahasiswa bernama Theo yang pendiamnya minta ampun. Segala macam tipe dan karakter cowok sudah Nadya rasakan, dan hasilnya sama: gagal.

Hingga pada satu hari, saat ia memposting satu tulisan berisi curhatannya di blog, seseorang atas nama the hero mengomentarinya. Lewat itulah, Nadya juga menemukan sebuah blog yang ia yakini milik si ‘hero’ tersebut dan membuat 1 komentar di salah satu postingannya. Berawal dari saling komen itulah, hubungan kedua orang asing itu mulai berjalan dan berpindah ke dalam forum chat YM. Mulai saling berkenalan, bercerita tentang kesibukan dan pekerjaan, bahkan sampai bertukar pengalaman hidup. Berdasarkan apa yang Nadya dapat dari Oka—nama asli the hero—ternyata cowok itu tinggal di Bali. Akhirnya, kesempatan itu datang. Hari itu, Oka terbang ke Jakarta atas alasan pekerjaan. Kesempatan itulah yang akhirnya membuat Oka dan Nadya saling bertemu. Anehnya, kenapa chemistry antar keduanya terlihat sangat erat meski baru saling mengenal? Apakah karena saking akrab dan nyamannya komunikasi mereka selama ini, ‘perasaan’ itu datang untuk kesekian kalinya? Kedekatan itu, perbincangan seru di YM yang sering mereka lakukan, rupanya bukan sekadar hubungan atas nama pertemanan, melainkan berlanjut ke status yang lebih serius.

Namun, apa jadinya saat Nadya mengetahui fakta tentang kehidupan Oka yang sebenarnya?

Atas nama cinta, bisakah Nadya menerima Oka yang pada dasarnya adalah……

***

“Kalau masa lalu masih terlalu menyesakkan untuk diingat, dan kita memang tidakbisa menghapusnya dari sejarah hidup kita, kenapa tidak coba melihatnya dengan persepsi berbeda? Mungkin rasanya tidak akan terlalu menyakitkan. Mungkin kita akan bisa lebih memahami alasan di balik tindakan orang-orang yang menyakiti kita.”
Hlm. 99

“Lo tahu? Apa yang lo nggak liat dengan mata kepala lo sendiri belum tentu nggak ada. Misalnya saja salju. Orang-orang Maluku yang tiap hari bergaul dengan panas matahari dan asin pantai, dan seumur hidupnya belum pernah lihat wujud salju, nggak bisa bilang kalau salju nggak ada, kan? Demikian juga dengan cinta. Nover lose faith in love!!”
Hlm. 101

“Waktu lo kecil, lo pasti menganggap ayunan depan rumah lo permainan yang paling canggih, bukan? Tapi setelah sekarang elo mengenal Dufan dengan wahananya yang dahsyat-dahsyat, pikiran lo pasti berubah, kan? Sama aja dengan yang elo rasain sekarang. Elo ngerasa dia yang terbaik, karena elo belum bertemu dengan yang lebih baik dari dia aja. BELUM, bukannya TIDAK AKAN.”
Hlm. 156

Soulmate(dot)com adalah buku pertama dari Jessica Huwae yang aku baca. Setelah selesai membaca buku ini, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa kualitas dari si penulis sendiri terbilang cukup bagus, dan jika boleh jujur, aku sangat dibuat nyaman dengan gaya menulisnya yang asyik.  Apa saja yang asyik itu? Nanti aku bahas sendiri. Oya, buku ini tergolong buku lama, terbit tahun 2006. Tapi rupanya kualitas dari seorang penulis memang tidak bisa berbohong. Buku yang aku baca ini adalah edisi atau cetakan yang keempat pada November 2006, dan keberhasilan buku ini juga menunjukkan eksistensi dari si penulis sendiri. Aku pun tidak heran, karena memang seperti yang aku bilang tadi, tulisan Jessica Huwae memiliki kualitas yang cukup bagus.  

Pertama, bagaiamana kalau kita bahas tentang kelemahan buku terlebih dahulu? Ok, sebelum mengetahui apa saja keasyikan yang bisa kalian dapat dari buku ini, ada baiknya juga kalian tahu apa saja yang menjadi titik kelemahan buku ini. Yang pertama, ada satu part yang menurutku agak absurd—aku nggak tahu apakah kalian juga merasakan hal yang sama sepertiku saat membaca buku ini atau tidak, yang jelas, aku ingin mengutarakan apa yang memang aku dapat dari buku ini. Dan perlu kalian ketahui, I’m one of personal reviewer. Part absurd ini aku rasakan saat Nadya bisa dengan mudahnya menerima status Oka yang sebenarnya. Ok, pertama mengenal Nadya, aku bisa menyimpulkan bahwa ia adalah sosok yang sangat berpegang teguh pada prinsip dan mengutamakan resolusi. Tapi yang terjadi di buku ini justru sebaliknya, bisa dibilang dia ini tokoh yang plin-plan. Saat mengetahui status Oka yang sebenarnya, dia terpukul, nangis-nangis. Tapi, kenapa ia tetap mempertahankan hubungannya? Aku sempat berpikir, murahan sekali Nadya mau jadi *sensor*. Seketika aku jadi tidak suka dengan tokoh Nadya, terutama dengan cara ia mengambil keputusan. Alasan ‘cinta’ yang ia kemukakan di sini aku rasa tidak cukup untuk menjelaskan semuanya. Apalagi Oka, entah kenapa, tiba-tiba aku tidak suka dengan hubungannya dengan Nadya setelah rahasianya terungkap. Jauh sebelum itu sih, aku suka banget sama mereka ini.

Kelemahan yang terakhir. Pada halaman 201, kenapa penulis tidak menjelaskan arti kata ‘Beli’? Sebenarnya, Beli yang dimaksud di sini adalah sebutan untuk laki-laki Bali, bukan ‘Beli’ yang kita pakai sehari-hari saat melakukan transaksi. Tapi untung saja aku tahu. Untuk antisipasi sih, terutama untuk pembaca yang tidak tahu tentang apa yang dimaksud dari kata ‘Beli’ di sini. Aku rasa sebaiknya dilengkapi footnote yang menjelaskan arti kata ‘Beli’ ini. Takutnya, nanti pembaca yang tidak tahu jadi salah mengartikan atau salah tafsir.

Ok, kita berpindah bahas tentang kelebihan buku ini ya. Pertama, aku sangat suka sekali dengan cara yang dilakukan penulis untuk memperkenalkan tokoh utamanya—Nadya—pada bab satu. Cara penulis mendeskripsikan tentang suasana kerja Nadya, kesibukan-kesibukannya, aku sangat suka sekali. Selain itu, di bab awal ini nuansa metropop-nya sudah sangat terasa sekali. Aku merasa diperkenalkan dengan tokoh secara bertahap, mulai dari dunia kerjanya, rutinitasnya, baru setelah itu memperkenalkan nama. Susunan yang baik. Jika dalam cerita, semacam prolog gitu. Kemudian, yang membuat aku jatuh hati dengan buku ini adalah karena isinya quotable banget. Pemilihan diksi, susunan kalimatnya manis-manis. Kadang membuat kita senyum-senyum sendiri saat membacanya. Mungkin juga untuk sebagian orang akan merasa baper, hehe. Tapi aku akui, penulis memang lihai dalam hal ini. Idaman sekali bagi pembaca yang suka baper pokoknya, hehe.

Lalu, tokoh favoritku di sini adalah Cici. Dia adalah orang yang terkenal sarkas sekali. Tapi itu justru yang membuat aku suka. Beberapa kata/kalimat yang ia ucapkan seakan menampar kita untuk kembali pada realita, menyadarkan kita tentang kehidupan yang sebenarnya. Bahkan keberadaan tokoh Cici di sini juga ikut membantu untuk menyadarkan Nadya pada kisah cintanya yang rumit itu. Meski kata-katanya kerap menyinggung, tapi aku suka. Yakni suka dengan makna dan maksud yang coba ia sampaikan. Hanya cara ia menyampaikannya saja yang terkesan sarkas. Idaman aku banget lah tokoh Cici ini. Adegan yang sangat emosional sekali adalah saat ia menyerahkan daftar resolusi Nadya sebagai pelampiasan atas rasa kekesalannya akan sikap konyol sahabatnya itu.

Berlanjut, setelah itu aku juga dibuat suka dengan gaya penulisan Jessica yang asyik sekali. Pertama, karena menggunakan kalimat sapaan ‘lo-gue’. Dengan begini, aku rasa cerita bisa berjalan dengan santai dan seru, sekaligus menunjukkan kedekatan antar tokohnya. Tidak sepenuhnya menggunakan bahasa baku, tapi juga diselingi dengan bahasa sehari-hari yang sangat familier, terutama bagi anak muda jaman sekarang. Sangat asyik sekali pokoknya. Keasyikan yang lain juga bisa kita rasakan saat penulis menghadirkan dialog antara Oka dan Nadya dalam bentuk chat YM, dan blogpost.  Aku jamin deh, ceritanya seru, mengalir banget, dan didukung pula dengan rangakain kalimat yang begitu manis.

Untuk ending, aku nggak bisa bohong. Sesuai ekspektasi dan keinginan aku. Setelah sepanjang cerita dibuat sebal dengan kekonyolan Nadya, akhirnya semua bisa terbayarkan lewat akhir cerita yang memuaskan. Nadya is back!

Nah, sekarang buat teman pembaca yang ingin mencari bacaan bernuansa metropo yang seru, asyik, dengan konflik yang bikin gregetan setengah mati, aku rasa soulmate.com adalah pilihan yang tepat. Sangat menghibur!

Terima kasih!

***

“Perselingkuhan itu ibarat naik jet-coaster. Seru-menegangkan-bikin senang-bikin ketagihan-bikin lo ketawa kegirangan. Tapi lo tahu, seseneng-senengnya elo di atas sana, ada saatnya lo harus turun dan berhenti. Kalau nggak, elo bakal mual dan sakit. What’s the point of having fun if you’re not having fun by the way?”
Hlm. 176

“Mungkin kita soulmate dalam arti sebenar-benarnya. Kita tidak bisa bersama, tapi juga tidak bisa berpisah. Seperti magnet yang terus menarik satu sama lain. Kita akan terus kembali sekali pun mencoba untuk lari.”
Hlm. 187


Tidak ada komentar:

Posting Komentar